Operator Bispak - Cerita Sex 18+


Cerita pertama Saya tentang hubungan Saya dengan karyawan Operator(OP) warnet Saya yang bernama Juni. Dia masi kuliah di sebuah PTS, dan saat itu Ia sudah semester 7. Karena merasa kekurangan untuk mencukupi hidup sehari-hari Dia nyambi bekerja part-time di warnetku.

Kami cukup dekat, dan tidak jarang kami melakukan hubungan badan. Meski begitu, Kami tidak menjalin hubungan khusus, karena Aku sudah memiliki Kekasih sendiri diluar kota. Hanya saja Juni yang sepertinya benar-benar cinta kepadaku, sedang Aku hanya butuh tubuhnya untuk pelampiasan nafsuku saja. Agen Poker
Juni berdarah campuran Jawa dan Tionghoa, Kulitnya agak coklat karena Ia sering beraktifitas diluar, tetapi bagian dalam tubuhnya masih sangat putih & mulus. Memiliki paras yang bisa dibilang cantik dan menarik, menggairahkan menurutku. Juni sebelum bekerja diwarnetku, Ia mengambil jalan pintas dengan melacurkan dirinya.

Demi meringankan beban orangtuanya yang kurang mampu, Ia berusaha keras membiayai hidup dan kuliahnya sendiri. Karena masih memiliki hati nurani yang baik, Ia sadar dan memutuskan untuk bekerja yang halal. Tetapi pecun tetaplah pecun, meski telah bekerja diwarnetku, Ia sering berpakaian seronok dan menggodaku untuk memenuhi kebutuhannya. Hingga kami besetubuh dan Aku menanggung sebagian biaya hidupnya.

Hari itu Aku sedang mengunjugi warnetku, saat itu jam 11 malam yang jaga OP bernama Yanwar. Ketika Aku sibuk menghitung pendapatan hari itu tiba-tiba ada telfon masuk.

“Juni?? Ngapain jam segini telfon..” pikirku.

“Halo Ju, da apa?” tanyaku, sambil melangkah keluar warnet

“Mas Pri..tolongin Juni, besok hari terakhir bayar SPP kuliah. Juni masi belum dapet uang juga ampe sekarang..” Juni menjawab menyerocos.

“Yee..kan minggu kemaren kamu sudah aku kasi buat bayar kost. Uda ga ada uang lagi nih Ju.” Kataku.

“Ga ada yang bisa minjemin lagi Mas. Tolonglah Mas Pri..penting neh, tar Juni balikin deh kalo uda ada uang..” Juni terus merajuk.

“Huu..gak percaya Aku, Kamu kapan pernah punya uang..hehe” Tolakku dengan sedikit menyindir.

“Iiih…Mas Pri jahat lho. Ya udah Mas Pri mau minta apa?”
“Mmm..apa yah..hehe, biasa Ju..maen kuda-kudaan..” Jawabku setengah berbisik.

“Huu..dasar, itu mulu yang dipikir. Makanya buruan tu Mba’ Nana suruh pindah kesini aja. Ya udah, besok malam Mas Pri ke kost Juni yah. Tapi Aku lagi dapet Mas, jadi tar Juni oral aja yah..” Juni juga menjawab setengah berbisik.

“Huu..pake dapet segala. Tapi ga apa-apa Ju, Anal ja yah? Kan belom pernah” Pintaku. Juni memiliki pantat yang cukup besar dan padat, terlihatmenantang jika Juni mengenakan jins ketat apalagi hotpants. Ditambah pinggulnya yang lebar an montok..Aku sangat beruntung bisa menikmatinya.


“Ga mau! Aku kan belum pernah disodomi Mas..tar anusku rusak” Juni mengiba.

“Jadi mau bayar SPP ga nih?! Lagian siapa suruh pake dapet. Kalo belum pernah makanya dicoba. Lagian masak Kamu ngelacur ga pake pantat..” Aku jawab dengan sedikit tegas.

“Gak kok Mas, Juni ga pernah maen anal sebelumnya. Cuman Mulut dan memek Aku aja kok yang dipake.” Juni membantah dengan lirih karena sedikit Aku bentak.

“Dasar pecun, makanya lain kali dipake lah itu pantat Kamu punya lobang!! Memek doank yang disodok, pantesan udah longgar gitu..huhh” Makiku.

“Mas, jangan ngomong gitu! Aku udah gak keygitu lagi kok sekarang” Ujar Juni

“Ya udah, jadi gak nih?!” Aku mulai kesal.

“Iya..jangan marah dong Mas. Ya udah..besok malam yah maennya” Kata Juni dengan lirih.

“Jangan malam Ju, Aku ada acara ma temen-temen. Besok aja, abis Kamu dari kampus, Kita maen di toilet warnet.” Aku jawab dengan antusias sekali.

“Eh..macem-macem aja Mas Pri ini, Tar ketauan gimana? ” Jawab Juni dengan sedikit cemas.

“Gak lah Ju, tenang aja. Kita maen cepet kok. Yang penting Kamu Jangan ampe bersuara, oke?!”

“Tapi ngocoknya pelan-pelan aja ya Mas, Juni denger disodomi tu sakit Mas”

“Ngocok apaan?! Ngocok arisan..hehe” Jawabku sambil bercanda

“Ya ngocok ******nya Mas Pri lah di dubur Juni besok, jangan kasar-kasar biar ga lecet Mas” ujar Juni sedikit cemas.

“Iya beres, tapi tar sebelum maen Aku foto Kamu bugil Dulu ya Ju?” Pintaku.

“Tuu..kan nambah lagi! Aku ga mau foto telanjang Mas, kalo ampe kesebar bisa mati Aku dibunuh bapakku. Mas Pri kan uda pernah liat Juni telanjang, Mas Pri juga tau setiap bagian tubuhku, Ngapain lah pake difoto segala..” Tolak Juni.

“Ga bakal kemana-mana fotonya Ju. Lagi pula aku ga pernah sembarangan biarin orang laen pake komputerku. Buat koleksi pribadi aja Ju,janji deh! Kamu sayang kan ma Aku Ju..” Ujarku dengan sedikit nada manja.

“Iya, Aku sayang ma Kamu Mas. Kalo gak, masak Juni mau nyerahin tubuh Juni buat muasin Mas Pri. Janji yah, foto-foto bugil Juni jangan ampe kesebar.” Akhirnya Juni setuju juga, meski pada awalnya juga Aku yakin Ia pasti mau.

“Janji!!” jawabku tegas. “Hehe..Ga tau Dia, padahal Aku berencana menggunakan foto-foto bugilnya untuk menjadikan Dia budak Seks Aku. Sayang tubuhmu sudah ternoda Ju, kalo gak udah Aku jadikan pacar..hehe. Tapi tubuhnya yang montok lumayan lah buat tempat pembuangan spermaku.” Aku berbicara sendiri didalam hati.

“Heh..malah diem sih Mas.” Tiba-tiba suara Juni mengejutkanku.

“Haha..sorry terpana liat bintang di luar ne Ju. Oiya besok pake pakaian sexy yah..biar Aku horny duluan, jadi tar ga kelamaan foreplaynya” Aku terkadang meminta Juni tuk berpakaian Sexy jika sedang jaga di warnet atau jika sedang jalan dengaku. Aku perlahan mengajari dia gar menajadi seorang eksibisionis. Aku sangat terangsang jika melihat Dia memamerkan lekuk tubuhnya yang montok.

“Iya..,tapi ga bisa yang terlalu terbuka yah. Aku kan ntar meghadap dosen, terus shift jaga juga. Kalo lagi jalan-jalan aja tu ga masalah deh. Ya udah, Juni tidur ya Mas..hoaaahmm..ngantuk” Ujar Juni dengan menguap.

“Oke Ju, byee!”

“Transfer malam ini ya Mas, thanks..mmuach” Lalu Juni menutup telfonnya.

Aku masuk kembali ke dalam warnet, dan mencuci mukaku. kulihat Yanwar sedang asik chatting di mIRC.

“Siapa Mas, lama bener” Tanya Yanwar.

“Temen lama Yan. Oke, Aku pulang duluan yah..” Ujarku sambil mengambil kunci mobil. Memang tadi Kami berbicara ditelfon cukup lama, ga terasa ada setengah jam lebih. 

Aku bergegas ke ATM dan mentransfer sejumlah uang ke rekening Juni.


Jam menunjukkan pukul 11.25 siang. Tapi Juni belom datang juga, mana udah ngantuk banget. Disebelahku ada Dian, yang jadi partner jaga Juni. Dia sedang asik maen game dari pagi tadi, jadi Aku pikir ga akan ganggu rencanaku. Beberapa menit kemudian akhirnya Juni datang dengan tergopoh-gopoh membawa stopmap yang berisi kertas-kertas. Keringatnya bercucuran di dahinya.

“Sori lama Mas, dosenku rapat. Ne Aku bawakan gorengan.” Juni menaruh sebungkus gorengan di meja, lalu Ia melepas jaketnya.

“Asik..pas banged laper,hehe” Kata Dian yang langsung menyerobot bungkusan gorengan.

Dibalik jaketnya, Juni mengenakan kemeja putih lengan pendek dengan bagian kerah yang terbuka cukup lebar. 
Juni tidak mengancingkan bagian atasnya, sehingga buah dada bagian atasnya terlihat menyembul walau tidak terlalu terbuka sekali. Rupanya Juni sengaja memakai push-up Bra untuk mengangkat payudaranya. Rok hitam selutut yang Dia kenakan juga memiliki belahan samping kanan yang cukup tinggi, jika Juni duduk sambil menyilang kaki, pasti Paha Kanan Juni terekspos jelas. 

Aku memperhatikan belahan buah dadanya yang ranum menyembul, sambil sekali melihat wajahnya dan tersenyum puas. Juni pun melirikku sambil tersenyum.

“Ju, seksi amat..” Kata Dian sambil melotot.

“Haha..tinggal ini pakaianku nih” Juni menjawab sekenanya.

“Ehemm…” Aku pura-pura batuk sambil melirik Juni.

Juni yang tau maksudku akhirnya bergegas menuju ke toilet warnet yang letaknya di Ujung belakang warnet. Kebetulan ada 2 tolet di warnet ini, jadi Aku juga bisa kebelakang setelah Juni.

“Dian Aku ke toilet dulu ya, mules neh..” Kata Juni sambil berlalu.

“Ya, jangan lupa disiram loh..” Dian menjawab dengan diselingi canda.

20 detik kemudian Aku juga berpamitan ke belakang

“Duh..Aku juga mules neh..” Kataku sambil berlari kecil ke Toilet.

“Loh..koq pada mules smua seh!!” Ujar Dian sambil terus asik bermain game disambi melahap gorengannya.

Sampai di toilet Aku mengetuk sekali pintu toilet wanita. Begitu terbuka, Aku langsung masuk. Di dalam, Juni sedang mencuci muka. Aku buru-buru melepas resleting clanaku juga celana dalamku dan memelorotkannya sampai kemata kaki. Juni juga mengangkat rok hitamnya ke atas sampai ke pinggangnya, dan memelorotkan celana dalamnya hingga turun ke mata kaki.

Juni juga membuka kancing kemeja bagian atas hingga perut, kemudian mengeluarkan dua bongkahan buah dadanya dari Branya hingga kedua payudara Juni terangkat karena terjepit Branya dari bagian bawah. Puting susunya yang berwarna coklat kemerahan terlihat jelas, bentuknya cukup besar dan melebar karena Juni pernah hamil sebelumnya oleh Pak Diman penjaga kostnya.

Hal itu terjadi sewaktu Pak Diman meminta Juni melayaninya, padahal Juni saat itu dalam kondisi kelelahan karena seharian dikampus kemudian bekerja. Tapi mau gak mau Juni tetap melayani nafsu Mang Diman karna terus dipaksa, hingga akhirnya Juni pingsan dan Mang Diman mengeluarkan benih-benihnya didalam rahimnya tanpa sepengetahuan Juni. Juni baru sadar jika mengandung benih haram Mang Diman saat usia kandungan menginjak 3bulan, dan akhirnya Juni menggugurkan kandungannya. Sejak saat itu Juni nggak pernah mau lagi melayani nafsu penjaga kostnya itu. (Cerita tentang Juni dan Pak Diman mungkin di lain hari yah)
Kemudian Aku mengeluarkan HPku yang berkamera dan mulai mengabadikan bagian-bagian pribadi tubuh Juni. Raut muka Juni terlihat muram ketika aku memoto bagian wajahnya hingga dadanya yang terekspos jelas di depan kamera HPku, seakan tidak rela bagian tubuhnya yang paling pribadi di abadikan olehku.

“Mas jangan memek Aku..lagi dapet nih, jijk ah…” Juni mengiba sambil berusaha menutupi daerah kewanitaannya dengan tangan kanannya sedang tangan kirinya berusaha menjauhkan HPku ketika aku akan mengambil foto kemaluannya.

“Gapapa Ju, Aku malah pengen punya foto memek Kamu yang lagi ngeluarin darah gitu..hehe” Aku terus berusaha memotretnya.

“Mas Priii..gak mau Juni, pliss..besok kalo uda bersih baru Kamu foto. Ntar janji deh Aku buka memekku selebar-lebarnya tuk Kamu ambil fotonya..sebanyak yang Kamu mau Mas..” Juni terus memohon.


“Ya deh..oke Ju. Sekarang Kamu balik badan, buka kaki lebar-lebar terus buka belahan pantat Kamu Ju pake kedua tangan mu, Aku mau ambil foto pantat ma anus Kamu yang masi rapet ini Ju sebelum Aku jebol..Hihihihi” Tawaku pelan.

“Yee..apaan seh Mas, ya udah nih..” Juni kemudian melakukan seperti yang aku minta, kedua tangannya kebelakang meremas kedua bogkahan pantatnya dan menariknya ke arah berlawanan hingga terlihat anusnya dengan sangat jelas. Lalu Aku mulai mengabadikan bagian lubang pengeluaran Juni yang coklat kemerahan itu sampai puas.

“Mas, Aku lupa bawa pelumas..” Kata Juni, yang harusnya Dia membawa body lotion untuk pelumas anal.

“Isep dulu Ju..pake liur Kamu aja” Kataku sambil menarik kepala Juni ke penisku, hingga Juni terpaksa jongkok.

“Hmhh..umm..eehhmm…” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Juni ketika penisku yang sudah tegang dari tadi memenuhi rongga mulutnya. Tak lupa Aku segera merekam adegan Juni mengoral penisku dengan kamera HPku. Bibir merahnya yang tebal terasa sangat nikmat sekali menyelimuti penisku.

Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Penisku rasanya basah sekali..terasa hangat didalam mulut Juni. Air liur Juni menetes-netes disela-sela bibir dan batang penisku, rupanya Juni ingin penisku sebasah mungkin agar mudah memasuki liang anusnya. Kepala Juni maju mundur mengocok batang kejantananku dengan bibirnya yang tebal, tangan kirinya memegangi batangku sedang tangan kanannya menelusup di balik kaosku memainkan puting susuku.

“Ooh…enak Ju” Aku melenguh pelan.

2 menit kemudian, Aku angkat kepala Juni dan kulumat sebentar bibirnya yang penuh liur itu, lalu kubalik tubuhnya hingga Ia menunduk berpegangan pada pinggir bak mandi. Aku elus-elus bongkahan pantat Juni yang putih montok itu, terasa mulus sekali. Sambil Aku kluar masukkan jari-jariku membukai anusnya yang sempit dan Aku ludahi beberapa kali. Aku remas-remas juga paha gempalnya yang tak kalah mulus terlihat putih menggairahkan. Kulit Juni memang agak coklat, tapi bagian dalam tubuhnya terlihat lebih putih.


“Uuh..”Juni melenguh pelan saat Aku tempelkan ujung penisku di anusnya, sambil Aku gesek-gesek dan kudorong perlahan hingga memasuki pantatnya.

“Egghhh..hmmphh..pelan Mas..” Kata Juni lirih sambil menahan sakit pada lobang pengeluarannya.

“uugghhh…sempit banged Ju!” Bisikku ketika seluruh batang penisku tenggelam di dalam lobang pantat Juni.

“Oo..oo..ohh…” Juni megap-megap seperti orang yang kesulitan bernafas. Bibirnya membentuk huruf ‘O’ dengan kepala menengadah ke atas.

“Ju..duburmu enak banget…ooh..hangat Ju” Aku meracau sambil mulai mengeluar-masukkan penisku, kedua tanganku mantab mencengkeram pinggul Juni yang empuk. Gerakan pinggulku semakin cepat namun teratur, penisku dengan cepat keluar-masuk menjelajahi lorong anus Juni.

“Shhh..ooh..sakitt Mas..udah ajaah..eghh..keluarin pliss..” Erang Juni

“Bentar Ju, baru enak neh..” Ujarku sambil mempercepat kocokan penisku di duburnya.

“Aaahhh…aaahhh…aaooww…aa hhh…” desahan Juni seirama bersamaan hentakan-hentakan liar pinggulku yang menghimpit tubuh Juni yang mengejang kesakitan. Tubuh Juni terguncang-guncang, naik turun, kepalanya mengeleng ke kiri-kanan sambil terus mengerang kesakitan menahan gempuran penisku terhadap saluran pengeluarannya.

Rambutnya yang panjang itu kemudian kujambak sehingga ia mendongak ke atas sambil terus mengerang tertahan. Bunyi buah pantatnya yang beradu dengan pahaku semakin keras. Rambutnya semakin keras kutarik sehingga ia semakin mendongak dengan mulut menganga. Pantatnya melengkung ke atas dan buah dadanya yang besar itu berguncang-guncang, seirama dengan gerakan pantatku.

“Ah..ahh..eeghh…sumpah Mas Aku ga kuat..perih banget!!!” Tubuh Juni mulai limbung, kakinya lemas seperti tidak bertenaga lagi. Kedua tanganku yang sebelumnya berpegangan pada pinggul Juni, kini menelusup masuk ke balik kemeja dan Branya mencengkeram erat kedua buah payudaranya untuk menahan tubuh Juni dan mulai meremas-remasnya.

“Uhuu..hu..hu..sakiit Mas..hik..hiks..udaah..ampuun Mas” Juni mulai menangis, wajahnya memerah, matanya memandangku penuh iba, air matanya mengalir deras, air liurnya pun ikut menetes. Aku berpikir pasti Juni merasakan sakit yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya selama hidupnya.

“Tahan ya Ju, bentar lagi keluar kok. Kamu sayang kan ma Aku..?” Aku berbisik di telinganya sambil mengecup punggungnya. Tanganku yang masih di buah dadanya mulai memilin-milin puting susu Juni.

“Eeeghh..ii..iya..sayang lah…sshh..Mas Pri sayang juga kan ma Juni kan?” Juni berkata dengan terisak lirih, dengan tubuh yang tergoncang-goncang akibat gempuran Penisku pada duburnya.


“Uhh…ooh…” Aku mempercepat kocokan penisku tanpa menjawab pertanyaan Juni. Aku genjot pantatnya dengan kasar dan brutal. Rasanya nikmat sekali. Payudara Juni juga Aku remas dengan sekuat tenaga.

“Arrrggh…arggghhhh….” Juni menjerit tertahan, Ia kembali menangis histeris. Penderitaan yang sangat hebat dirasakannya, Ia menahan rasa sakit yang luar biasa di bagian pantat dan payudaranya Juga berusaha menahan suaranya agar tidak keluar. Tapi suara erangan dan tangisan kesakitan Juni keluar juga, untung Juni masi bisa menjaga agar tidak terlalu keras. Lagipula Dian menyetel musik dengan volume yang kencang.

Setelah kurang lebih 10menit, Aku tak bisa menahan lagi. Kenikmatan yang kuperoleh dari pantat juga sudah sangat luar biasa hebatnya. Rongga dubur Juni makin lama makin terasa panas, jepitannya tetap erat mencengkeram batang penisku. Hingga akhirnya Aku mencapai orgasmeku…

” Aku keluar Ju..ohh..ooh..oooohhh….uuuuu ggghhh….uuuuggghh!!” Aku mengerang tertahan sambil kedua tanganku mencengkram erat buah dada Juni, kuhujamkan penisku sedalam mungkin di anusnya dan ku*kan air maniku sebanyak-banyaknya hingga memenuhi rongga duburnya Juni.

“Eeeeghhh…hmppphh” Juni menjerit tertahan dengan mengigit bibir bawahnya.

Ketika kucabut penisku lelehan sperma bercampur darah keluar dari lobang pengeluaran Juni, sepertinya dubur Juni menderita lecet-lecet. Kubasuh penisku yang juga belumuran darah dan sedikit kotoran dari dalam pantat Juni. Buru-buru Kukenakan celanaku. Sedang Juni masi menangis terisak menahan rasa sakit dan perih yang masih mendera pantatnya. Seluruh tubuhnya menggigil, kakinya gemetaran seakan tidak kuat berdiri lagi.

0 komentar: